Thursday, June 29, 2006

[Ra Genah] Melantur

Sepertinya segelintir sastra(wan/wati) sedikit demi sedikit sudah mulai kembali, ah ya, bersastra ria memang tidak bisa dipaksakan, sejatinya sebuah karya indah lahir dari buah pikiran yang dilingkupi dengan ketulusan dan kebesaran jiwa, bukan sebaliknya.

Selamat teman, buah karyamu sangat sempurna, semoga setiap orang yang melihat keindahannya terinspirasi untuk turut serta. Di salah satu sudut dunia ini, saya hanya bisa memandang dan meresapinya dari surat kabar Tengah Malam. Kertasnya adalah langit luas, ditulis dengan bintang yang bertaburan, ditandai dengan bulan pada setiap halamannya. Sebagai hadiah, anda bisa ingat, ini info berharga !!, setiap halaman 11, 12 dan 13 tengoklah dengan cermat, sebuah lukisan indah yang bermetamorfosa akan mengepakkan sayapnya, terbang, indah sekali.

Dengan berada dalam kebisingan dan hingar bingar yang memekakkan, kau bisa menyadari bahwa kesunyian yang senyap dan dingin adalah sebuah karunia.

Monday, June 26, 2006

[Ra Genah] Catatan

Di tempat ini beberapa samurai telah berkumpul dan memperkenalkan dirinya masing-masing, mulai dari latar belakang, asal-usul, garis keturunan dan pertalian darah, pengalaman bertempur hingga pada siapa mereka mengabdi. Sebagai samurai, tugas merupakan sebuah amanat yang harus dilaksanakan dengan segenap jiwa dan raga, apalagi jika tugas tersebut berakar pada kemuliaan untuk membangun masyarakat yang tinggal jauh dari pusat-pusat kebudayaan. Ya disinilah kami saat ini, beberapa perlengkapan tempur seperti tombak, pedang dan panah telah kami pelajari, begitu juga keahlian berkuda, menyusup ke daerah pertahanan lawan, penyamaran, mencari informasi serta mengelabui lawan sedikit demi sedikit sudah kami kuasai. Yang tinggal adalah terus mengasah kemampuan tersebut secara berlanjut dan menerapkannya untuk kemajuan penduduk di seluruh pelosok negeri ini.

Walaupun hari-hari kami isi dengan latihan dan menunggu hari pertempuran --diperkirakan akan berlangsung selama 30 hari penuh, secara umum keadaan masih tenang, kami masih bisa memanfaatkan waktu untuk bersantai, mengadakan upacara minum teh, melukis, mempertajam aksara dengan sastra, menikmati kue-kue kecil khas daerah setempat serta berkeliling desa untuk mengenal daerah.

Mudah-mudahan tugas ini dapat kami laksanakan dengan baik, harga yang harus dibayar untuk kegagalan adalah mengasingkan diri atau melakukan seppuke.

catatan : cerita di atas benar-benar ra genah (gak jelas), hanya fiksi, hiperbolis dan miskin makna luar biasa.

Friday, June 23, 2006

[Bahasa] Quote's

"Ketahuilah peranmu, milikilah kehormatan dan rasa hormat dan bekerja keraslah". Kata-kata salah satu rekan politik deng xiao ping, menurut gue kata-kata tersebut bagus.

"Lebih Baik Pulang Nama Daripada Gagal Dalam Tugas". Ya, kalo kata-kata ini gue benar-benar ingat karena setiap kali berangkat atau pulang sekolah ketika SMA pasti melihat monumen Korps Pasukan Khusus Baret Merah, monumen berada di tengah sebuah taman, kurang lebih 4 prajurit (lupa gue) dengan posisi siap tempur. Hebat seandainya jargon tersebut benar-benar tertanam di dalam jiwa para prajurit, terlepas dari tugas apa yang dilaksanakannya.

"Pantang pulang sebelum padam". Begitulah kira-kira kata-kata yang gue lihat (ha..ha..ha.. lupa lagi dimana), kata-kata tersebut adalah jargon bagi petugas pemadam kebakaran. Berterimakasihlah kita kepada petugas pemadam kebakaran yang bekerja keras dalam menjalankan tugasnya disertai dengan semangat "pantang pulang sebelum padam".

Sunday, June 04, 2006

Qumana

Nyoba posting pake Qumana


Thursday, June 01, 2006

[Buku] Melacak Alam

Melacak Alam, buku yang sangat berkesan dan memberikan inspirasi buat gue terhadap pengamatan alam, gue temukan kembali di sebuah lapak penjual buku dengan harga Rp.5000 di Kwitang, Pasar Senen, buku ini dapat dikategorikan sebagai ensiklopedia mini yang membahas hewan dan tumbuh-tumbuhan di lingkungan sekitar, pengelompokan kasusnya didasarkan pada musim dan habitat, disertai ilustrasi yang digambar dengan tangan, ditulis oleh Hans Jurgen Press dengan judul asli Der Natur Auf Der Spur, terdiri dari 234 kasus, cetakan dalam bahasa Indonesia diterbitkan pertama kali tahun 1984. Isi yang ada di dalam buku ini sebagian besar merupakan catatan pengamatan penulis semasa kecil, pengamatan dilakukan pertama kali ketika suatu saat penulis dan anak lainnya di dalam kelas mendapatkan tugas dari Guru Ilmu Hayat untuk mengamati lingkungan sekitar, mencatatnya, serta memberikan ilustrasi gambar, hal tersebut pada akhirnya terus berlanjut. Buku ini merupakan salah satu seri dari kumpulan buku "Dasar-dasar Pengetahuan", buku lainnya berkisar pada masalah teknik (hukum-hukum fisika) yang dibahas dengan permainan dengan bantuan alat-alat sederhana yang mudah ditemui. Bermain sambil belajar.

Sedikit nostalgia, pada saat itu kami kelas 4 atau 5 SD. Waktu itu gue sedang melihat gambar-gambar sebuah buku yang berkaitan dengan tata surya. Ketika itu ABP membacakan kasus no. 9, dan menurut dia kata-kata "hu-hu-hu" itu lucu, menurut gue ngga sama sekali :D, sehingga akhirnya gue memutuskan untuk membaca sendiri, lalu dilanjutkan membaca penjelasan-penjelasan yang lain, hingga pada akhirnya gue benar-benar tertarik dengan isi buku tersebut, meminjamnya dari perpustakaan dan tidak berniat mengembalikan :D (penjahat cilik !). Berikut salah satu kasus yang dibacakan teman gue tersebut.

Panggilan di tengah Malam (No. 9)

Terutama pada masa birahinya, pada bulan Februari, di tengah malam burung hantu memperdengarkan suara "hu-hu-hu"-nya yang menyedihkan dan menakutkan. Suara itu dapat kita tiru dengan merapatkan kedua tangan seperti dalam gambar dan meniupnya melalui lubang di antara kedua ibu jari, seperti yang ditunjukkan panah. Mungkin burung hantu itu akan datang mendekat. Terhadap cahaya lampu baterai, burung ini tidak takut sedikitpun sehingga dia mudah diamati.

Masih banyak lagi hal-hal sederhana dan menarik yang dijelaskan melalui buku ini. Terekomendasi untuk teman-teman yang mempunyai anak, keponakan atau adik yang berada di bangku sekolah dasar.

ps: cover buku menyusul