Friday, December 21, 2007

Bunga


Suatu saat rumput kecil berkata kepada teman-temannya "teman-temanku, alangkah indah menjadi tumbuhan berbunga, jauh lebih tinggi dibandingkan kita, paling mudah mendapatkan hangat sinar matahari dan embun di pagi hari, kumbang-kumbang pun tidak akan melewatkan keindahan mahkota nan indah berwarna cerah. Coba lihat diri kita ini, benar-benar terdesak, hidup berhimpit di antara kebesaran tumbuhan lainnya, tak jarang kehidupan dicabut karena dianggap tanaman pengganggu, air yang kita dapatkan hanya tetesan dari tumbuhan lainnya, sinar matahari hanya redupannya saja. Ingin sekali aku menjadi pohon bunga itu."

"Ya Tuhanku, penguasa alam semesta, tunjukkanlah kuasamu atas diriku, ubahlah diriku menjadi tanaman bunga yang paling tinggi di antara tumbuhan semak lainnya, berikanlah aku perhiasan yang paling indah di antara sesamaku, luluskanlah permintaanku dan aku akan sangat berterimakasih". Dari sebuah malam yang panjang, rumput kecil terbangun dari tidur lelapnya sepanjang malam. Ketika matanya terbuka, alangkah terkejutnya dirinya mendapati
pemandangan di sekelilingnya, biru langit dan hangat sinar matahari menerpa tubuhnya, hamparan keindahan terlihat luas tak berbatas dihembus angin sejuk pagi hari. Terang benderang warna mahkota bunga yang tersemat pada dirinya mengundang kumbang yang datang untuk mengambil nektar lembut yang tersimpan. "Ah, aku adalah sebuah pohon berbunga!!, terima kasih Tuhanku, lihatlah diriku teman-teman kecilku, kalian harus berada di tempat ini satu saat. Seluruh keindahan terlihat di sini. Dunia kalian bukan duniaku. Saat ini aku si Tumbuhan berbunga, sedangkan kalian hanyalah rumput kecil".

Waktu berlalu, si tumbuhan berbunga benar-benar menikmati keberadaan dirinya, hingga pada satu saat, hujan yang disertai angin kencang memusnahkan semua yang dilaluinya, tidak terkecuali si tanaman berbunga. Setelah badai tersebut reda, tubuh si tanaman berbunga luluh-lantak karena terpaan badai tersebut, di ujung sisa hayatnya banyak teman-teman yang bersedih atas kepergian dirinya, mereka menyesalkan keberadaan si tumbuhan berbunga, andai saja ia tetap menjadi si rumput kecil bisa dipastikan keadaannya tidak seperti saat ini. Pada kenyataannya rumput-rumput kecil bisa bertahan lebih baik dibandingkan tumbuhan yang lebih tinggi, akar mereka yang kuat serta daunnya yang kecil menyelamatkannya.

Si tanaman berbunga yang sudah berada di ambang kematian tersenyum, ia sama sekali tidak menyesal menjadi tumbuhan berbunga walaupun pada akhirnya hanya kebinasaan yang didapatnya. Menjadi tumbuhan berbunga memberikan sebuah pengalaman kehidupan yang sangat luar biasa, tidak mungkin didapatkannya jika hanya menjadi rumput kecil yang terhimpit di dasar belukar. "Aku sama sekali tidak menyesal, aku benar-benar berbahagia pada akhir hayatku saat ini, terima kasih atas kemurahan Tuhan penguasa alam semesta, satu saat kalian harus berada di atas sana kawan-kawanku". Si tumbuhan berbunga mati sambil tersenyum.

--

Entah dimana cerita ini pernah gue baca, kurang lebih intinya seperti di atas, yang jelas ceritanya lebih menarik daripada tulisan yang gue buat sekena'nya :P. Ceritanya bagus & memberikan inspirasi.

Wednesday, December 12, 2007

2 Menit

Benar-benar panas dan sesak, lampu lalu-lintas baru saja merah, kepul asap kendaraan yang berhenti seperti kabut. Serempak 2 orang anak turun dari pijakan pintu Bus bagian depan, lalu menuju ke pintu bagian belakang, sedangkan 2 anak yang lain tetap berdiri di pintu bagian belakang. 2 menit. Waktu yang cukup untuk lempar canda-tawa ataupun obrolan, kadang terdengar celetukan dengan kata kasar. Asik dengan aktivitasnya dan acuh dengan keadaan sekitar, entah roda truk besar, mobil mewah, tukang buah, penumpang lain, pengemis, benar-benar dunia yang tidak bisa dibohongi. Celingak-celinguk, siapa kiranya yang merubah keadaan sekitar, tiang listrik dan telepon jadi barisan tanaman buah, rumah kabel jadi pohon bunga, asap kendaraan jadi udara segar, kendaraan bermotor jadi binatang yang merumput. Ah itu dia. Apa kamu lihat-lihat ?!, makanya punya sayap!!

Di sebuah tempat makanan cepat saji, produk budaya yang disebut moderen, seorang anak perempuan asik menikmati ayam goreng, segumpal nasi putih dan sekotak kentang goreng. Tak lupa coke. Di hadapannya dua manusia sedang berbicara serius, kadang terdengar suara bentakan dan perdebatan keras antar keduanya. Hup!! tulilah sementara kamu nak, nikmati saja semua makanan itu, walaupun katanya miskin nilai gizi, tapi jauh lebih baik dibandingkan mendengarkan pembicaraan dua manusia di depanmu.

Thursday, December 06, 2007

Konteks Kehidupan

Konteks kehidupan adalah cara pandang seorang manusia terhadap masyarakat dan lingkungan dimana dia berada, cara pandang ini dipengaruhi oleh pengalaman manusia tersebut. Secara berkelanjutan konteks kehidupan akan membentuk sebuah nilai dasar kehidupan seseorang, dengan adanya nilai dasar, seorang manusia memiliki kemampuan menghidupkan kehidupannya.

~sok tahu~

Tuesday, December 04, 2007

The Weather Man

Kurang lebih 4 bulan lalu gue menonton film weather man yang diproduksi pada tahun 2005. Film ini menceritakan kehidupan seorang pembawa acara prakiraan cuaca, film drama yang penuh dengan variasi konflik, secara umum hanya kehidupan pribadi dan keluarga. Mulai dari bayang-bayang kesuksesan ayahnya, hidup dalam kepalsuan sebagai pembawa acara TV --bahwa terkadang senyum manis dan keramahan yang muncul di layar TV hanya sebuah topeng-- dan permasalahan dengan istri dan kedua anaknya.

Di akhir cerita dikisahkan bahwa tokoh utama lebih memilih berfokus untuk meraih sukses pada pekerjaannya alih-alih mempertahankan kehidupan keluarganya yang terlanjur hancur, walaupun ia telah berusaha semaksimal mungkin untuk mempertahankannya.

Gue bisa melihat sebuah ironi kehidupan manusia di dalam film ini. Untuk mendapatkan suatu hal yang berharga akhirnya mengorbankan hal berharga lainnya. Materialistik. Tidak bisa pada satu waktu bersamaan mendapatkan seluruh hal yang dinilai berharga.

Friday, November 30, 2007

Current Situation

- 40 menit lalu baru saja selesai makan malam
- saat ini sedang menunggu rekan menduplikasi file di laptop barunya
- rekan yang tempatnya selalu jadi tempat hunian gelap di akhir pekan
- kembali login ke friendster --setelah sekian lama, jadi bingung sama menu-menunya
- balik dulu ah, katanya doi udah selesai
- oke deh, maaf ya untuk semua yang baca, kategorinya sampah

bye...

Tuesday, November 27, 2007

Tempat itu

Tempatnya berupa tanah luas berbukit kawan, bunga ilalang menutupi layaknya permadani, sekilas kupandang seketika itu juga jiwaku terikat. Ya aku akan berlari sampai kelelahan, menikmati setiap kepayahan dengan sejumput senyum, menjejaki setiap sudut tak berbatas hingga bosan, ketika kubalikkan tubuhku yang terjerembab, kau tahu ? seiring terpa angin, begitu banyak mahkota bunga lembut dan rapuh terhempas bebas, terbang mengawang dilatari birunya langit dan putihnya awan. Kuhirup dalam-dalam udara kala itu, benar-benar menyegarkan --untungnya tidak alergi serbuk sari.

Monday, November 26, 2007

ACI

ACI (Aku Cinta Indonesia)

hanya ada satu cinta
dengan bumbu rindu selalu
hanya ada satu rindu
tanpa ragu tanpa cemburu

hanya ada satu cinta
bukan tujuh bukan seribu
cinta kita cinta bersama
da da da da

a ce i
aku cinta indonesia
a bisa amir ce bisa cici i bisa ito
tapi a ce i
aku cinta indonesia


--

Ya, secara ngga sengaja menemukan file .mp3 soundtrack ACI. Menyenangkan :D, apa yang bisa gue ingat ?, 80'an, siaran TVRI, tiga orang anak SMA yang sedang naik perahu kecil sambil ciprat-cipratan (Amir, Cici, Ito), latar belakang bukit dan laut, pohon kelapa.

ACI atau Aku Cinta Indonesia adalah film seri televisi yang ditayangkan di TVRI di tahun 1980-an. Judulnya juga dapat berarti singkatan dari ketiga tokoh utamanya, Amir (Agyl Syahriar), Cici dan Ito (Ario Sagiantoro).

Film serial ACI dirancang dan diproduksi oleh Pusat Teknologi Komunikasi dan Informasi Pendidikan (PUSTEKKOM) yang bertemakan pengembangan nilai-nilai kepribadian anak dan remaja, seperti: tanggung jawab, disiplin, kerja keras, kerjasama, toleransi, saling menghargai/menghormati, sikap bersaing sehat, persahabatan, dan sikap sportif. Ditayangkan Televisi Republik Indonesia (TVRI) menayangkan film serial ‘Aku Cinta Indonesia (ACI)' pada tahun 1985-an.

http://id.wikipedia.org/wiki/ACI

Wednesday, November 21, 2007

Mimpi

Bedanya mimpi itu dulu hanya mampir ketika sedang demam tinggi. Mimpi berada dalam ruangan besar dan luas yang tertutup berbentuk kubus, memiliki cahaya terang yang memedihkan mata, dan roda truk berukuran 7 lantai yang menggelinding cepat dan mengejar, sehebat apapun berlari dan menghindar pada akhirnya terbangun dengan kaget ketika roda besar tersebut tepat akan melindasnya. Sontak. Jantung berdegup cepat, keringat menetes, wajah pucat pasi lalu diam membisu. Ah, hanya mimpi. Syukurlah. Saat ini ?, seperti mimpi yang jadi kenyataan.

Friday, November 02, 2007

Sedang ingin

Benar-benar suasana menyiksa, riuh gelak tawa serta suara manusia rasanya seperti sembilu. Sedang ingin sendiri. Benar-benar rindu dengan keheningan yang gelap pekat, dingin dan membeku. Semua itu jadi barang mahal. Manusia, kupikir satu waktu yang telah lewat semua sudah usai. Ternyata tidak sama sekali. Kata-kata kembali jadi pelarian paling baik. Tanpa perlu jatuh hati pada penulisnya. Hanya kata-kata. Ah ya, selamat datang pada angin yang membekukan hati. Kurasai segarnya menyeruak jiwa terdalam. Garis bibirku melengkung.

Monday, October 29, 2007

quotes of the day

1. "something doesn't killing you makes you stronger"

2. "help doesn't easily come to you"

3. "for being someone in the spotlight you need to differentiate from others"

Thursday, October 25, 2007

Kutilang, Akar Nafas & Si Piyik

Pagi itu, seseorang cukup tercenung melihat perilaku burung kutilang yang menarik-narik akar nafas yang menggantung dari sebuah pohon beringin. Bisa jadi ia adalah satu dari sekian banyak orang yang sedang melamun di tengah hiruk-pikuk kehidupan kota Jakarta di pagi hari, manusia kebanyakan. Lebih memilih untuk melamun dibandingkan misuh-misuh karena minimnya pelayanan pemerintah kota terhadap fasilitas publik. Ah sudahlah, pikirnya. Perilaku burung kutilang tersebut mengingatkan dirinya tentang kisah burung merpati yang dimilikinya semasa kecil. Mulai dari sepasang, beranak pinak hingga kurang lebih 20 ekor dan pada akhirnya semakin berkurang, hingga hanya seekor lalu pergi entah kemana.

Kembali pada kutilang, perilaku menarik akar nafas pohon beringin mengingatkan tentang aktivitas burung merpati yang akan membuat sarang pada masa bertelur dengan mengumpulkan ranting, daun ataupun rumput kering. Jika cuaca sering hujan maka kecenderungan telur-telur yang dihasilkan sehingga menetas menjadi anakan lebih kecil dibanding pada musim panas. Misal dari 4 telur maka maksimal hanya 2 yang akan menetas, sisanya yang 2, kemungkinan akan membusuk, belum lagi peran pemangsa seperti tikus yang akan semakin memperkecil jumlah telur.

Ini kisah generasi (ke 4) terakhir burung merpati, satu saat seekor --dan memang satu-satunya-- merpati betina dari garis keturunan terakhir si coklat dan si hitam mendapatkan pasangan seekor merpati jantan liar, entah kedatangannya dari mana, dari perawakannya jelas ia lebih sering bertarung dibandingkan terbang, sayapnya cukup panjang hingga mencapai ekornya, bulu-bulu yang ada pada lehernya tidak bisa tumbuh kembali, sebelah matanya berwarna kuning jagung, yang lain berwarna merah tua, bulu-bulu berwarna abu-abu tua yang menempel pada tubuhnya benar-benar lusuh dan tidak terawat, si jantan lebih tepat disebut sebagai bromocorah untuk ukuran merpati, tidak punya tuan, limpung kesana-kemari tanpa tujuan dan tak segan bertarung untuk mendapatkan makanan.

Berbahagialah ia karena pada suatu saat Penguasa Alam Semesta mempertemukannya dengan pasangannya. Si anak --tuan merpati betina-- sebenarnya kurang setuju atas takdir ini. Tapi seperti kata orang, namanya jodoh, akhirnya direstui. Hiduplah sepasang merpati itu bersama, menikmati setiap waktu seperti pasangan muda, layaknya manusia, mungkin mereka pikir dunia cuma milik berdua. Hingga pada saatnya, ketika memasuki musim bertelur, si betina maupun si jantan bersama mengumpulkan ranting, rumput dan daun-daunan kering untuk sarang tempat bertelur. Selang beberapa lama kemudian si betina bertelur, telur yang dihasilkan hanya satu butir, ukurannya cukup besar. Aih, saat itu akhir musim kemarau dan awal musim penghujan, udara di dalam kandang cukup lembab dan basah, alas triplek kandang juga sering basah, kecil kemungkinan telur akan menetas tanpa usaha ekstra kedua induk.

Hanya pada kira-kira minggu pertama si betina mengerami secara bergantian dengan si jantan, frekuensi dan lama waktu mengerami si betina lebih panjang daripada si jantan, si betina akan keluar dari kandang hanya untuk sekedar makan, minum dan sedikit beristirahat, lalu kembali lagi ke kandang untuk menggantikan si jantan. Pada satu pagi setelah malam diguyur hujan lebat, si betina tergeletak kaku berada di luar kandang, di lehernya ada semacam gigitan, entah kucing atau tikus, keparat --pikir si anak, bagaimana nasib telur yang sedang dieraminya, berharap pada si jantan untuk menggantikan peran si betina sepertinya hampir tidak mungkin.

Satu saat si anak ingin mengambil telur yang berada di dalam kandang, tapi seketika itu pula ada hentakan keras dan patukan tajam dari dalam kandang disertai suara geruk merpati. Ah, rupanya si jantan sedang mengerami telur tersebut. Di tunggu sekian lama oleh si anak dalam hari-hari selanjutnya ternyata merpati jantan tidak pernah keluar dari kandang, benar-benar luar biasa, ternyata peran si betina diambil alih sepenuhnya oleh si jantan. Si anak, hanya bisa membantu untuk meletakkan biji-bijian dan air ke dalam kandang, sedikit membantu si jantan yang sedang mengerami agar tidak perlu jauh ke luar kandang untuk mencari makan dan minuman.

Hari-hari berjalan, hujan deras juga sering mengguyur, di malam hari sesekali terdengar hentakkan sayap dan gerukan kasar dari si merpati jantan, kemungkinan besar ia sedang menghalau pemangsa yang menginginkan dirinya atau telur yang sedang dieraminya. Beberapa minggu kemudian usaha si jantan membuahkan hasil, telur menetas menjadi anakan pejantan --diketahui jika sudah besar, yiiikk..yiiikk..yiiik... begitu suaranya, mungkin ini yang menyebabkan anakan sebangsa burung sering disebut piyik.

Setelah anakan lahir, si jantan sudah sering keluar kandang, benar-benar terlihat bertambah lusuh, lemah dan tidak terawat, jumlah biji-bijian yang dimakannya sangat banyak, sebagian untuk dirinya sendiri, sebagian untuk anaknya. Si piyik punya nafsu makan yang cukup kuat, semakin lama ia tumbuh semakin besar, belum seluruh bulu halusnya tanggal terganti dengan bulu dewasa, ia sudah ditinggal mati induk jantannya, mati tertembus timah kecil yang berasal dari senapan angin pemuda-pemuda yang merasa memilikinya.

Si piyik pada akhirnya harus berusaha kuat untuk memakan biji-bijian sendiri, paruhnya sendiri masih terlihat muda dan lemah, rasa lapar mengalahkan segalanya, sedikit-demi-sedikit biji-bijian yang sudah dipecahkan si anak dimakannya, hari berjalan ia smenjadi kuat untuk memakan biji-bijian tanpa dipecah terlebih dahulu, hari berjalan tubuhnya semakin besar, setiap kali si anak memasukkan makanan ke dalam kandang, setiap kali itu pula ia mendapatkan hentakkan keras sayap dan patukan dari si piyik yang menganggapnya serangan pada dirinya.

Pada saatnya ketika sudah tumbuh sedemikian kuat ia melihat dunia luar, dipandangnya dunia yang kali pertama dilihatnya, terang-benderang cahaya menerpa tubuhnya, silir-semilir angin berhembus, ditapakinya genting-genting rumah hingga mencapai puncak tertinggi atap dengan tertatih-tatih menyeimbangkan tubuhnya. Benar-benar seperti makhluk yang kehilangan identitas kodratinya, sejauh ini sayapnya hanya untuk digunakan untuk menyerang hal asing yang dirasakan menyerang dirinya, tidak pernah melihat bagaimana induknya terbang ataupun mengajarinya mengepakkan sayap, mudah-mudahan usaha si anak mengepak-ngepakkan tangan yang bertindak seolah sebagai sayap punya andil, walaupun sesungguhnya hanya insting pemberian Penguasa Alam Semesta yang menuntun si piyik.

Pada saatnya si piyik, kuat untuk terbang, terbang mengitari sekeliling atap rumah, terbang dari kandang ke puncak tertinggi rumah, dari satu titik ke titik yang lain, melongok-longok ke segala penjuru yang bisa diraih pandangannya, terkagum-kagum akan kebesaran hal yang bisa ditemuinya di luar kandangnya sendiri. Hampir mirip dengan keadaan induknya yang jantan, seperti limpung, tak tahu tujuan, sering-kali bertarung dengan tangan si anak yang hendak memberikan makan, tapi sepertinya keadaannya lebih buruk. Si piyik benar-benar kehilangan identitas.

Di siang menjelang sore, kembali si piyik bertengger di puncak tertinggi atap rumah, melongok-longok ke segala penjuru, terlihat sekali keragu-raguannya, tapi kembali bahwa insting benar-benar memberanikan keberadaannya sebagai salah satu makhluk penjelajah. Dikepakkan sayapnya sekuat-kuatnya menuju arah timur, tanpa pernah kembali lagi ke kandang. Mungkin, di arah sana ia akan mendapatkan sekumpulan kawanannya. Mungkin, di arah sana ia akan bertemu pasanganya dan kembali mengulang skenario induk jantannya. Dan mungkin juga, di arah sana ia akan mati tertembus peluru timah senapan angin.

Wednesday, October 24, 2007

Bebas Terikat

Mode sok-tahu ON. Manusia terlahir bebas sekaligus terikat. Bebas terhadap manusia lainnya. Terikat atas kesadaran tentang pemahaman keberadaannya. Dibalik keterikatan ada unsur pembebasan. Jadi, berusahalah menjadi manusia bebas tanpa terikat oleh manusia lainnya. Entah pria ataupun wanita sama saja, sama-sama manusia. Cuma secuil sekat dogma yang membatasi. Yang paling hebat jadi manusia terikat sekaligus bisa membebaskan. Sering kali gue temui jenis yang satu ini, penghargaan setinggi-tingginya dari gue sebagai pribadi. Mode sok-tahu OFF.

Monday, October 22, 2007

Mengenai Pekerjaan

Satu saat ingin menjadi seorang tukang ukir kayu di sebuah desa kecil, bekerja dengan semangat, teliti, rapi, memperhatikan detail setiap guratan kayu yang diserpih, hingga menjadi sebuah seni yang indah --walaupun relatif, sehingga memberikan kepuasan tertinggi bagi pribadi.

Saat lain ingin menjadi pembuat kue, kue yang lembut, manis dan harum, sambil mendengar gelak-tawa anak-anak kecil yang sedang menikmatinya sambil bercanda, rasanya benar-benar senang.

Saat lain ingin menjadi petani tanaman bunga, menikmati setiap usaha yang dilakukan untuk membibitkan, membuat komposisi tanahnya, memupuk, menyiram serta menyiangi, dan pada saatnya nanti bisa melihat bunga warna-warni yang cerah.

Saat lain lagi ingin menjadi seorang petualang sejati, menikmati setiap jengkal kehidupan dunia, tak terlewatkan satupun, dicatat-didokumentasikan-difoto hingga satu saat nanti jika ada orang yang membaca dan melihatnya dapat menambah pengetahuan dan wawasannya, seperti melihat dunia dari sebuah jendela kecil yang terang benderang di dalam ruang yang gelap. Tercerahkan.

Setiap momen pekerjaan dirasai sebagai sebuah proses yang sangat mengasyikkan, halangan "rumput tetangga selalu lebih hijau" terlampaui, persetanlah, bangga akan karya dan memiliki penghargaan yang tinggi akan kemampuan pribadi. Merdeka sebagai individu yang berkarya serta bermanfaat bagi sesama.

~hmm... lama-lama kok jadi kayak puisi

Friday, October 12, 2007

Taqabbalallahu minna wa minkum

Semoga Allah menerima amal ibadah kita di bulan Ramadhan
Semoga kita selalu berada dalam kebaikan dan termasuk orang yang kembali pada fitrah

Mohon maaf lahir dan batin atas semua kesalahan, terima kasih untuk semuanya atas segalanya.

catatan :

Yang punya piutang sama gue harap segera ditagih, baik materi maupun non-materi.

Sunday, September 30, 2007

Within You Without You

We were talking-about the space between us allAnd the people-who hide themselves behind a wall of illusionNever glimpse the truth-then it's far too late-when they pass away.

We were talking-about the love we all could share-when we find itTo try our best to hold it there-with our loveWith our love-we could save the world-if they only knew.

Try to realise it's all within yourself No-one else can make you change And to see you're really only very small, And life flows ON within you and without you.

We were talking-about the love that's gone so cold and the people,Who gain the world and lose their soul-They don't know-they can't see- are you one of them?

When you've seen beyond yourself-then you may find, peace of mind,Is waiting there-And the time will come when you seewe're all one, and life flows on within you and without you.

~George Harrison

Sunday, September 23, 2007

Drama

Selama satu tahun terakhir ini gue diberi kesempatan untuk sedikit melihat kehidupan masyarakat Indonesia, tidak seluruhnya dan tidak secara mendalam pula, tapi cukup mewakili. Dan berbahagialah gue, karena yang gue temui adalah orang biasa, tidak memiliki jabatan penting atau harta yang banyak, tapi kaya dengan perjuangan hidupnya di bumi Indonesia, mungkin pada saatnya nanti gue akan menuliskannya.

Bahwa tanah ini kaya akan sumberdaya alam yang berlimpah tidak diragukan. Sejauh yang benar-benar gue lihat berupa : kayu-kayuan, tanaman budidaya, ikan-ikanan dan mineral logam. Keindahan alamnya juga luar biasa : laut, pantai, gunung, hutan dan persawahan. Ketika menikmatinya sendirian, kadang terucap syair seorang Gibran yang sempat gue baca di salah satu mini-market yang berada di daerah Waru - Surabaya, kira-kira begini "laut adalah saudara perempuanku, gunung adalah saudara lelakiku, kami adalah satu dalam kesendirian". Juga, adat istiadat dan kebudayaan yang beraneka ragam, bagi gue hal tersebut benar-benar kekayaan bangsa yang sangat bernilai.

Melimpah kekayaan sumberdaya alamnya, elok keindahan alamnya, kaya budaya dan adat-istiadatnya, terkalahkan oleh hal bernama kemiskinan, laut dan pantai adalah salah satu penandanya.

Saturday, September 22, 2007

Pisang

Jika dalam novel rumah kaca dikatakan bahwa "negara yang bisa mendunia adalah negara yang menjajah", spertinya benar juga. Negara adidaya dengan segala jargon demokrasi, hak azasi & kemanusiaan serta kemerdekaan pada akhirnya menjajah negara yang lebih lemah. Setiap kebijakan diatur sesuai keinginannya. Menjalari kehidupan setiap orang dalam negara jajahan dengan penderitaan. Baik dengan cara yang kentara ataupun tersamar. Dengan senjata ataupun dengan pisang berwarna kuning terang tanpa bercak --seperti buah-buahan kayu-- yang dijajakkan pedagang buah trotoar jalan. Alternatif hidup seseorang di negara terjajah benar-benar berkurang. Tunduk dalam suatu kekuatan bernama modal.

Saturday, September 15, 2007

Sup Ikan Bandeng

Bahan dasar :
  • Ikan bandeng basah
Bumbu :
  • Bawang merah 4 buah
  • Bawang putih 2 buah
  • Cabai merah 2 buah
  • Jahe 5 X 3 cm
  • Kunyit 5 X 1 Cm
  • Jeruk nipis 1 buah
  • Daun bawang & seledri
  • Garam secukupnya
Peralatan :
  • Panci kecil
  • Pengaduk
  • Garpu
Cara membuat :
  • Bersihkan ikan bandeng --sisik, isi perut dan insangnya, lalu potong menjadi beberapa bagian, seekor menjadi 3 bagian sepertinya paling oke.
  • Bersihkan dan iris bumbu-bumbu yang telah disediakan sebelumnya, lalu rebus di dalam panci dengan air bervolume kira-kira 800 ml hingga mendidih.
  • Masukkan potongan ikan bandeng ke dalam rebusan air bumbu tersebut, lalu tambahkan garam secukupnya.
  • Aduk sesekali & tunggu hingga daging ikan bandeng empuk
  • Hidangkan sup ikan di dalam sebuah mangkuk lalu beri perasan jeruk nipis
  • Sup ikan bandeng siap disajikan
Saran
  • Nimati sup ikan bandeng selagi panas dengan suasana malam hari & ada rintik-rintik hujan :D
  • Tepat bagi yang mempunyai masalah dengan makanan berminyak dan/atau pedas

Wednesday, September 05, 2007

Bukan penyair

Kulumuri mata panah ini dengan racun terbaik, bisa ular dan getah tanaman hitam, hingga saatnya nanti, sedikit saja menggores kulit si korban, tak lama ia akan mengerang kesakitan dengan rasa tak tertahankan, hanya menunggu waktu hingga satu saat nafasnya terhenti. Tak lupa mandau, belati dan tombak yang akan terhunus garang meminta getah kehidupan lawan. Aku akan siap berdiri di tanah lapang dengan semua itu. Majulah kalian dari seluruh penjuru mata angin, perangi diriku dengan segenap tenaga, dera kuda-kuda perang kalian sekuat-kuatnya, hantam dan luluhlantakkan tubuhku dengan senjata-senjata terbaik yang kalian miliki. Kutahu, bukan kemenangan yang akan kudapatkan, bahkan hanya kebinasaan yang kuperoleh. Bagi diriku, hal itu adalah pencapaian.

Sunday, September 02, 2007

Fasilitas Lebih

Bagi pengguna angkutan umum, salah satu hal yang menjadi perhatian adalah kenyamanan dalam bepergian. Definisi kenyamanan bisa diidentikkan dengan ketersediaan fasilitas serta pelayanan yang diberikan armada transportasi, ketertiban dan kelancaran berlalulintas. Kemaceta lalu-lintas merupakan rutinitas bagi mereka yang kesehariannya beraktivitas di kota Jakarta atau sekadar melewatinya saja. Tapi, rasanya hal tersebut tidak berlaku untuk segelintir oknum pejabat tinggi yang memanfaatkan fasilitas lebih. Lebih karena mereka memiliki tim pembuka jalan, entah dimanapun, baik di ruas jalan tol atau umum, separah apapun kemacetannya mereka selalu bisa mendahului kendaraan yang lain diiringi suara sirine meraung dan pengeras suara.

Pernah pada satu saat gue harus menunggu kurang lebih 20 menit untuk memasuki tol karena ada iringan mobil oknum pejabat tinggi yang akan lewat, isi kendaraan yang gue tumpangi penuh dengan orang-orang yang selesai beraktivitas selama seharian, yang jelas mereka ingin cepat sampai di rumah dan segera melepas lelah. Di bangku lain ada anak balita yang menangis keras karena tidak nyaman dengan keadaan saat itu, panas, asap buangan serta bisingnya suara deru mesin kendaraan yang bercampur jadi satu. Entah di bangku lain apa keperluan dari masing-masing orang, sama seperti gue, yang pasti mereka ingin segera sampai tujuan. Sementara kami harus menunggu oknum pejabat tinggi tersebut melintas, baru setelahnya kami diperbolehkan memasuki tol.

Benar-benar membingungkan perilaku oknum pejabat tinggi tersebut, secara sederhana kemacetan adalah realita kota Jakarta, kenapa untuk hal sesederhana itu mereka mengelak untuk merasakannya, rasanya seperti hidup dalam dunia imajiner saja. Jika ingin sampai tempat tujuan, toh pengguna jalan yang lain juga ingin. Kadang juga terdengar celoteh penumpang lain yang seolah mentolerir perilaku tersebut, wajar karena yang lewat adalah pejabat tinggi negara yang punya urusan super penting, jadi harus diutamakan. Hmm, sayangnya hasil kerjanya berkebalikan :P.

Sunday, August 19, 2007

Air Jeruk Panas

Kisahnya mengenai usaha untuk sedikit memanjakan diri di malam hari, sembari nonton film di televisi, ingin juga meredakan FLU yang tak kunjung sembuh. Terbesitlah untuk membuat air jeruk panas, jeruk dipilih, diiris dengan pisau, diperas ke dalam gelas, lalu air perasan tersebut dibersihkan dari bijinya, setelah itu ditambahkan gula secukupnya, seduh dengan air panas dan akhirnya diaduk agar semuanya tercampur.

Direguklah minuman tersebut untuk pertama kalinya, sensasi yang dicari dan diharapkan ternyata buyar serta merta lantaran air jeruk bercampur dengan rasa bawang merah :D, selidik punya selidik ternyata pisau yang digunakan, sebelumnya dipakai untuk mengiris bawang merah, aih.. sayang sekali jika dibuang, akhirnya tetap juga diminum, hingga pada regukan terakhir mendapatkan bonus sebuah potongan siung bawang merah yang masih muda.

Antara perasaan kesal dan gembira, rasa yang tidak diharapkan tapi jika dipikirkan ternyata punya nilai filosofis. Bahwa setiap hal (kehidupan ?) yang sudah terencana, terukur serta terlaksana sesuai dengan prosedur bisa saja menghasilkan sesuatu yang tidak sesuai dengan harapan, kemungkinan faktor X muncul pasti ada, entah seberapapun kecil persentasenya. Usaha yang mungkin adalah membuat persentase kemunculan faktor X menjadi sekecil mungkin. Rencana, Prosedur, Hasil dan Faktor X. Begitulah kisahnya, mudah-mudahan tidak terulang, jangan sampai nanti muncul air jeruk rasa cabai, ikan atau cumi-cumi :D.

ps : Sejauh yang penulis tahu, vitamin C akan terurai jika berada dalam keadaan panas, jadi berharap mendapatkan asupan vitamin C dari air jeruk panas kayaknya ngga ngaruh deh

Tuesday, July 31, 2007

Laporan Pengamatan

Ya, sudah dua hari ini bulan purnama, langitnya juga cerah, bagus, tapi kok bintang-bintangnya ngga kelihatan. Sekarang musim kemarau ya, di siang hari hingga menjelang malam suasananya hangat, menjadi dingin jika sudah mendekati pagi. Eh, tapi jauh lebih baik melihat bulan di malam hari dibandingkan melihat spanduk, umbul-umbul, atribut-atribut pilkada DKI. Berulang kali, masa kampanye sama dengan masa berjanji, semua sama saja, yang sudah-sudah, janji tinggal janji, lempar janji sembunyi aksi jadi paten, ha..ha..ha..ha. (hush!!). Gombal ah....

Monday, July 23, 2007

huh...

Warna perjalanan
Cantik, indah, elok, kagum tanpa batas sampai mabuk kepayang
Tapi selalu, di balik semua itu tersingkap cuplikan kehidupan
Dinginnya menelisik tajam hingga ke sumsum, tersembunyi di balik selimut keindahan

Sunday, June 24, 2007

Terima kasih butir-butir nasi

Pada pagi yang cerah di sebuah desa kecil, di salah satu rumah ada seorang anak yang sangat nakal, pagi itu ibunya menyiapkan sarapan sepiring nasi, lengkap dengan lauk-pauknya, berulang kali ibunya menyuruhnya untuk memakan sarapannya, tapi si anak nakal selalu enggan, dengan kesabaran dan kasih sayang, akhirnya si Ibu dapat membujuk anaknya untuk memulai sarapannya --dengan terpaksa tentunya--, ketika si Ibu meninggalkan rumah untuk pergi berbelanja ke Pasar, si anak nakal seolah mendapatkan angin segar untuk bertindak semaunya, akhirnya ia membuang nasi sarapannya ke tempat sampah.

Ternyata di tempat sampah butir-butir nasi tersebut bisa berbicara satu sama lain, mereka menangis sedih, "hu..hu..hu.. kita kok ngga dimakan sih", "keberadaan kita disia-siakan". Ketika hari menjelang siang, si anak nakal bermain ke luar rumah, tidak tanggung-tanggung, tempat main yang ditujunya adalah hutan yang terkenal menakutkan, setiap orang tua di desa tersebut sudah memperingatkan anak-anak mereka untuk tidak menuju tempat tersebut karena di sana ada raksasa pemakan manusia, tapi karena memang kenakalan si anak, akhirnya ia berkeras menuju tempat tersebut. Ketika ia berada di dalam hutan, semua binatang yang berjumpa dengan si anak nakal telah memperingatkan untuk tidak terlalu bermain jauh ke dalam hutan, karena ada raksasa pemakan manusia yang akan memangsa jika dia mencium bau manusia.

Si anak nakal keras kepala, tidak mengindahkan nasihat yang disampaikan kepadanya, ketika berada di dalam huta ia bertemu dengan raksasa pemakan manusia, lari tunggang-langgang menghindar, hingga pada akhirnya ia kehabisan tenaga, ia hanya bisa duduk dan menangis tersedu menunggu ajalnya seiring keberadaan raksasa yang mendekat dan berkata "aku mencium bau manusia, aku ingin memakannya, aku lapar...", beruntunglah penduduk kampung sekitar dapat segera menemukannya dan membawa dirinya ke luar dari hutan, sehingga nyawanya dapat diselamatkan. Penduduk kampung segera mencarinya segera setelah ada pemberitahuan dari Ibu anak tersebut yang khawatir terhadap keberadaan anaknya.

Pada akhirnya, si anak menyadari kesalahan-kesalahan yang dilakukannya, tidak menuruti nasihat orang tua dan hal yang paling penting, membuang nasi, sekiranya ia menghabiskan sarapannya, kemungkinan ia memiliki tenaga yang lebih banyak untuk menyelamatkan dirinya, ia benar-benar sangat menyesal telah membuang sarapannya.

Potongan cerita di atas adalah salah satu episode dari fim Si Unyil yang masih gue ingat, karena cukup berkesan. Setidaknya sejak saat itu, ketika makan, gue berusaha untuk selalu menghabiskannya, yang gue pahami bahwa ketika nasi-nasi itu masuk ke dalam mulut, lalu menghilang ke dalam perut –belum tahu sistem pencernaan-- , seketika itu juga mereka pasti merasa sangat senang dan ketawa-tawa karena tidak disia-siakan walaupun keberadaannya ngga ada lagi. Saat ini, hal ini jadi salah satu hal njelimet juga kalo dipikirkan lebih dalam. Kehidupan yang berarti, fungsi keberadaan :D. Terima kasih butir-butir nasi.

Thursday, April 19, 2007

Wanita Boyolali

Ya, saat ini aku akan memanfaatkan waktu dengan lembaran karton hasil pemberian mbak yuniati, tadi setelah ia membeli beberapa potong asinan nenas dan kedondong aku memberanikan diri untuk meminta beberapa lembar karton yang terserak di sekitar bangunan yang dikhususkan untuk pengepakkan buku. Saat ini beberapa lembar sudah kugunting membentuk beberapa potongan hati dan kulekatkan dengan beberapa isolasi penempel, rencananya, setelah pekerjaan ini selesai nantinya akan kugabungkan dengan hiasan dari pipa minuman berwarna hijau yang kujalin sedemikian rupa sehingga berbentuk sulur tumbuhan merambat.

Sembari kulipat dan kulekatkan guntingan-guntingan ini aku kembali teringat adikku di Boyolali, masih kuingat isak tangisnya ketika aku pergi meninggalkannya menuju Ibu Kota, “mbakyu mau pergi ke Jakarta, supaya kamu bisa tetap sekolah, punya baju bagus dan mainan, terus bisa tetap bermain bersama teman-teman yang lain”, kataku, “kenapa harus ke Jakarta mbak ?”, selanya teriring ingus dan air mata, “katanya di sana banyak kesempatan untuk dapat pekerjaan, nanti punya banyak uang, dan seperti mbakyu bilang sebelumnya, supaya kamu bisa tetap sekolah, bisa beli baju dan bisa beli mainan”. Pikirku, sejauh apapun penjelasanku sepertinya adikku belum bisa mengerti. Dan, disinilah aku, Jakarta, saat ini aku sangat berharap agar lamaran pekerjaan sebagai buruh yang kuajukan di beberapa pabrik mendapatkan jawaban, tak terkecuali pabrik percetakkan yang berada di sebelah kedai. Kata mbak yuniati, karena saat ini pabrik percetakkan sedang berada dalam masa produksi, kemungkinan penambahan pekerja kontrak akan dilakukan, pekerjaannya bermacam-macam, tapi yang dikhususkan bagi wanita adalah penempelan sampul buku dan pengepakkan. besar harapanku agar diterima, setelah sebelumnya aku pernah bekerja di pabrik tekstil di Boyolali, saat ini pabrik tersebut ditutup, entah apa sebabnya.

Kurang lebih 1 bulan aku bekerja di kedai ini, bersama sami, sepupuku. Kedai milik kenalan bulik menjual berbagai macam penganan, mulai dari kopi, teh, mie seduh, gorengan, nasi campur, ketupat sayur sampai asinan. Kedai ini juga baru saja berjalan bersamaan dengan kehadiran kami di Jakarta, Bu Darni pemilik kedai ini cukup baik, bisa menerima kami sebagai penjaga kedai, sedari awal ia juga mengutarakan bahwa kami belum bisa mendapatkan upah bulanan, tapi ia berjanji, jika nantinya kedai ini ramai pembeli dan bisa berkembang kami akan mendapatkan upah bulanan, untuk saat ini, sebagai gantinya, Bu Darni memperbolehkan kami untuk makan di tempat ini, selain itu jika ada sisa makanan yang tidak terjual boleh kami bawa pulang ke rumah kontrakkan, bagiku semua hal ini lebih dari cukup untuk keadaan saat ini.

Walaupun bekerja sebagai penjaga kedai sangat membosankan, aku akan tetap berusaha sekuat tenaga untuk keluarga di Boyolali, Ibu dan adik, uang yang Bapak hasilkan dari bekerja sebagai buruh bangunan di sini kurang mencukupi, hanya untuk makan keseharian dan bayar tagihan listrik, yang menjadi api penyemangatku adalah upaya untuk menyekolahkan toro, adikku, setidaknya sampai jenjang kejuruan. Saat ini ia duduk dibangku kelas 4 Sekolah Dasar, ia anak yang berprestasi, dengan segala kekurangan yang ada ia selalu berada pada rangking 3 besar di kelasnya, besar harapan pada adikku tersayang.

Ya!, sudah jadi rupanya, kubingkai 2 buah foto toro dalam figura kecil terpisah, foto yang dibuat ketika hari raya Idul Fitri kemarin, ia mengenakan kemeja lengan panjang tanpa kerah berwarna putih, tersemat sajadah di salah satu pundaknya, dan peci kecil di kepalanya, tak lupa senyum yang kuminta ketika akan difoto. Semuanya terhias dengan lambang hati tanda sayangku, tidak lupa untaian sulur plastik hijau, semoga rangkaian sederhana ini bisa menjadi penawar rasa rindu dikala jenuh.

Sunday, April 08, 2007

Kilat sambar pohon kanari

Sudah kurang lebih 3 minggu ini beta tinggal di Salerang, kota yang terkenal akan anyaman bambu dan keindahan sungai cisadane, rupanya itu cuman untuk masa lampau yang telah liwat, tidak untuk kurun waktu ini, lagipula sulit nian menikmati sungai cisadane dengan airnya yang terlihat keruh dan sarat dengan sampah. Dari segi bahasa beta juga tidak suka dengan kata Salerang, akhiran bahasanya itu loh, bikin rasa di hati jadi kurang sreg, “rang”, terdengar identik dengan kata gersang, kerontang, alhasil gambaran yang terbentuk jadi kacau-balau, ei.. setelah sedikit putar-putar di beberapa daerah itu punya tempat, ternyata tak jauh menyimpang dari yang dibayangkan, kesan asri dan rapih cuman ada di perumahan yang terbilang hanya mampu ditempati oleh manusia dengan rogohan kocek tebal, tak lain dan tak bukan, tempat-tempat lainnya terkesan berantakan dengan ragam manusia umum Mindonesia, miskin dan kumuh. Ditambah lagi dengan santernya hembusan berita tentang endemik flu burung, menjadi-jadi sajalah. Tapi tak selalu juga, ada saja hal-hal menarik yang mengaburkan kesan ketidaksukaan beta pada daerah itu. Apa mau ditanya ?, cita-cita, pengharapan & pencapaian butuh pengorbanan, begitu kata seorang kawan.

Seperti biasa, di akhir minggu beta harus pergi ke dataran yang lebih tinggi, naik bendi, bendinya macam-macam saja, ada yang ditarik dengan keledai, kuda, sampi dan kerbau. Lain padang lain ilalang, di daerah lain belum tentu punya binatang penarik seperti keledai, kuda, sampi ataupun kerbau, adalah yang menggunakan kambing, ayam, kura-kura bahkan ikan lele. Masing-masing punya tarip berbeda. Beta naik bendi kerbau, jalannya lambat kali, aih.., tapi tak apa, tak terburu, kapasitasnya juga cukup banyak, bisa lihat macam-macam wajah manusia. Sambil menikmati persawahan, jembatan batu, serta tiang pancang kota, tak lupa seniman dadakan yang selalu hadir mengisi hiburan perjalanan.

Kurang lebih 1.5 jam beta sampai di KudaMati, dimana tempat pemberhentian bendi yang cukup besar berada, tak seperti sebelumnya, beta biasa membunyikan lonceng tanda berhenti di pasar kuwali, rupanya kali ini si sais tak mengarahkan bendinya melewati tempat tersebut, tapi benar-benar langsung masuk ke stasiun pemberhentian bendi “KumpulSemua”, suasana riuh-ramai, banyak pula orang lalu-lalang dengan tujuan kota berbeda.

Dengan bawaan yang sedikit merepotkan, setidaknya jadi objek atau calon menjanjikan bagi pertanyaan calo dan kuli angkut sekitar stasiun, hmm.. sudah beta pikirkan antisipasinya, biasanya, jika beta datangi tempat tersebut dengan rencana bepergian entah kemana, selalu saja orang-orang tersebut berebut, sekiranya terucap tempat tujuan, mereka bersikap seolah membantu dengan langsung bawa barang-barang beta punya ke bendi tujuan, tanpa izin pula, kadang juga jadi sarana pengganti tarik tambang, tarik sana-tarik sini, tak nyamanlah jadinya, beta bisa menentukan pilihan sendiri. Benar saja, seketika turun dari bendi langsung saja ada yang menghampiri, orang pertama “bade kamana A ?”, ngga bang, ke situ, dekat saja, “Kamana A ?”, hmm.. memang dari awal terlanjur jumud dengan hal seperti ini, langsung saja beta katakan “Panakukang”, “Ooohh… “ jawabnya. Langsung diam. Lanjut orang berikutnya yang sudah menunggu dengan jarak kurang lebih 10 m, “Mau kemana Mas ?”, waduh.. ada lagi, “Panakukang mas”. Diam dan wajah bingung. Lanjut. Sekumpulan orang yang berdiri tak jauh dari tempat sebelumnya, seorang dari mereka langsung mendekat, lalu bertanya “Ose mau kemana ?”, langsung beta jawab “Panakukang”. Wajah plongak-plongok berbarengan makin menjadi. Haiya, rupa-rupanya berhasil, sebagai informasi, Panakukang adalah sebuah daerah di salah satu gugusan kepulauan Mindonesia, Kulawesi namanya, bahkan ke daerahnyapun belum pernah, cuman sering terdengar selintas, mudah diingat karena unik. Akhirnya, beta memilih bendi kecil dengan penarik kura-kura, duduk manislah di bawah atap jerami bersama penumpang lainnya, selang waktu tak lama si sais tua bertubuh kecil dan berkumis putih panjang menjuntai mendera sang kura-kura. Selama perjalanan, antara rasa berhasil dan melamun, lalu teringat ucapan salah seorang teman sewaktu menyantap hidangan malam bersama, karena ada momen tertentu dia ucapkan “Hmm kupikir ada sisi di hati tuan yang telah mati…”. Seandainya beta sebutkan kemana tujuan, dan mereka memang tidak ada kepentingan dengan tempat tersebut rasa-rasanya merekapun akan bergerak mundur dan tidak bertanya. Kata seorang tua, “cobalah melihat dari sudut pandang lain, mereka bekerja, cari nafkah, mungkin untuk diri sendiri, mungkin juga untuk keluarga yang menunggu, benar toh ?. Keadaan yang memaksa mereka berbuat demikian. Harusnya sadar. Jangan jadi manusia yang pendek pikiran dan hampa kebijaksanaan lantaran emosi sudah menggunung. sabar nyo..”, begitu katanya.

Kilat sambar.. pohon kenari....
Ejo jaro deng mongare...

Monday, March 12, 2007

Katanya Sih...

Orang yang sukses dalam profesinya adalah orang yang tidak bisa membedakan, mana pekerjaan dan kesenangan

Saturday, March 10, 2007

Kemampuan linguistik

Sejauh yang gue ketahui, kemampuan linguistik meliputi kemampuan berbicara, mendengar, membaca dan menulis.

Kemampuan berbicara adalah kemampuan kita untuk berkomunikasi dengan orang lain, baik ketika ngobrol, presentasi, menyampaikan pendapat, eyel-eyelan (baca : berdebat) ataupun kegiatan lainnya. Kemampuan berbicara identik dengan penggunaan bahasa dan lisan yang tepat, sehingga pendengar dapat mengerti apa yang kita sampaikan. Selain itu, sikap dan pengetahuan menentukan waktu yang tepat untuk berbicara mendukung keberhasilan kita dalam berbicara.

Kemampuan mendengar tentunya lawan dari kemampuan berbicara, di sini si pendengar diposisikan sebagai pihak yang berusaha mengerti terhadap apa yang disampaikan oleh lawan dengarnya --dalam hal ini si pembicara. Untuk mengerti apa yang disampaikan oleh si pembicara tidak terlepas dari kemampuan untuk memberi perhatian terhadap hal yang disampaikan oleh si pembicara. Lagi-lagi masalah sikap.

Tentunya akan takberujungpangkal jika kedua pihak sama-sama berbicara tanpa mendengar, dan betapa anehnya jika kedua pihak berusaha untuk saling mendengar tapi tidak ada satupun yang berbicara --bayangkanlah dua orang saling bertatapan serius dan berusaha saling mendengarkan sementara tidak satupun berbicara. Mungkin perlu juga ya bahasa ekspresi wajah dan tatapan mata yang baku. Jadi jika satu kedipan mata berarti huruf A, kedua mata berkedip berarti B, bibir senyum berarti S, lidah melet artinya M dan seterusnya, intinya bagaimana bisa memetakan alphabet dengan ekspresi wajah :D.

Lalu kemampuan membaca, kemampuan untuk mengerti dan memahami bacaan, membaca itu penting, karena salah satu cara untuk mendapatkan ilmu pengetahuan adalah dengan membaca, artinya, banyak baca jadi banyak tahu. Terlepas dari bahan apa yang dibaca, ada istilah "you're what you read", jadi secara tidak langsung untuk menilai pribadi seseorang kita dapat melihat apa yang dibacanya, lebih dari itu, mungkin membaca adalah sebuah cara yang tepat untuk melarikan diri yak, baik dari tempat, waktu, sampai kenyataan :D.

Menulis, aktivitas yang sedang gue lakukan saat ini, sampai sejauh ini kira-kira pembaca mengerti apa yang gue tulis apa nggak yak ? :D. Menulis adalah salah satu kegiatan positif, menulis merupakan cara untuk mengkomunikasikan apa yang ada di dalam pikiran kita ke dalam rangkaian aksara agar dimengerti orang lain, baik berupa ilmu pengetahuan, opini, ide, pengalaman, ocehan tak bermutu, sampai keluh kesah :D. Entah apapun tulisan yang dibuat, menurut gue akan sangat bernilai, jika si penulis melakukannya dengan segenap jiwa, jika bukan untuk orang lain ya berarti untuk kepuasan diri pribadi :D

Jujur saja, gue merasa kemampuan linguistik yang gue miliki masih kurang, baik dalam berbicara, mendengar, menulis bahkan membaca, masih perlu banyak belajar dan belajar :D. Gue ngga akan lupa dengan pepatah ini, "Banyak belajar banyak lupa, sedikit belajar sedikit lupa, tidak belajar tidak lupa --karena nggak ada yang diingat :D"

Dari ocehan hasil kesotoyan gue, adalah betapa pentingnya kemampuan linguistik. Bagaimana kita bisa berkomunikasi jika minim kemampuan linguistik, tentunya satu kemampuan linguistik akan bersinergi dengan kemampuan lainnya, dilihat dari kemampuan berbicara, bagaimana mungkin bisa jadi pembicara yang baik jika tidak bisa menjadi pendengar yang baik, lalu, bagaimana bisa menyampaikan buah pikiran dengan berbicara jika kosa kata dan pengetahuan yang dimiliki --salah satunya berasal dari bahan bacaan-- kurang, dan menurut gue, salah satu indikasi jelas tidaknya hal yang disampaikan oleh seorang pembicara bisa dinilai dari kemampuannya untuk menuangkan buah pikirannya dalam bentuk tulisan. Dan hal penting lainnya –menurut gue lagi— adalah pengaruh perbuatan kita terhadap keberadaan individu di sekitar kita, utamanya dalam kegiatan aktif seperti berbicara dan menulis, tidak semua kebebasan yang dimiliki oleh diri kita serta merta dapat melenggang seenaknya, batas-batas, penghargaan dan tanggung jawab sudah seharusnya menyertainya.

Thursday, March 01, 2007

Catatan Terselip

Tempat ini cukup menarik, sangat ramai pengunjung, transaksi penjual dan pembeli, timbangan, truk-truk yang mengantar sayur mayur-buah-rempah-rempah, kuli-kuli angkut, bocah-bocah dekil, di satu sisi bau menyengat karena tumpukan sampah basah yang menggunung, di sisi lain tercium bau menusuk karena rempah-rempah. Terlihat cukup banyak anak-anak yang bekerja di beberapa blok penjual rempah-rempah, mengelompokkan, membersihkan lalu membungkusnya, begitu pula untuk orang-orang dewasa; ada yang berjaga di depan barang dagangannya, memindahkan barang dari truk, meletakkannya secara berkelompok sembari berharap ada orang yang membelinya. Tidak ketinggalan juga kuli-kuli angkut pasar, bukan hanya yang masih muda serta memiliki tubuh dan tenaga yang kuat, tapi yang rentapun terkadang masih bisa dijumpai, mengangkut beban yang berkisar 1-2 kali berat tubuhnya.

Sesekali terlihat sekumpulan anak yang wira-wiri membawa “barang temuan”, sepotong-dua potong ketela pohon/rambat yang terserak di sekitar truk turun muatan setidaknya berkah untuk mereka, lagipula si empunya tidak terlalu ambil pusing atau sampai enggan berbagi.

Gambaran lain dari salah satu sisi kehidupan yang menghiasai kota Jakarta, sederhana sekali tempat ini, bukan sekedar ungkapan "no pain no gain" yang kadang hanya sekedar tertulis ataupun terdengar, terkadang terpikir, bahkan untuk anak-anak kecil --seusia TK & sekolah dasar-- yang bekerja di tempat ini kata-kata itu sudah benar-benar terpatri dan mendarah-daging.

Catatan terselip : "Pasar Induk Kramat Jati" 11 Juni 2006

Wednesday, February 21, 2007

Redemption songs

Old pirates, yes, they rob i
Sold I to the merchant ships,
Minutes after they took i
From the bottomless pit.
But my hand was made strong
By the and of the almighty.
We forward in this generation
Triumphantly.
Wont you help to sing
These songs of freedom?
cause all I ever have
Redemption songs
Redemption songs.

Emancipate yourselves from mental slavery
None but ourselves can free our minds
Have no fear for atomic energy
cause none of them can stop the time
How long shall they kill our prophets
While we stand aside and look? ooh
Some say its just a part of it
Weve got to fulfil de book

Wont you help to sing
These songs of freedom
cause all I ever have
Redemption songs
Redemption songs
Redemption songs
---
/guitar break/
---
Emancipate yourselves from mental slavery
None but ourselves can free our mind
Wo! have no fear for atomic energy
cause none of them-a can-a stop-a the time
How long shall they kill our prophets
While we stand aside and look
Yes, some say its just a part of it
Weve got to fulfil de book
Wont you help to sing
Dese songs of freedom
cause all I ever had
Redemption songs
All I ever had
Redemption songs
These songs of freedom
Songs of freedom

#Bob Marley

Friday, January 19, 2007

insomnia(3)

Sedang mengingat masa-masa kecil dengan kebudayaan yang berada di sekitar, dulu ketika kecil, ketika ada acara hajatan, entah itu pernikahan, khitanan ataupun acara 17-an masih sempat menikmati eloknya kebudayaan. Nuansa kebudayaannya masih kental, gue masih ingat dengan jelas, ketika itu ada acara pernikahan di RT, seperti acara pernikahan pada umumnya, biasanya resepsi dilakukan di siang hari, sedangkan malam hari adalah waktunya suguhan hiburan bagi masyarakat setempat, saat itu, untuk sekedar melihat hiburan, lapangan yang biasanya sepi bisa menjadi sebuah tempat yang sangat ramai, suguhan acara dimulai dari sambutan MC, keluarga yang memiliki acara, permainan tanjidor, lenong betawi dan diakhiri pemutaran film misbar (gerimis bubar) alias layar tancap :D.

Gue penikmat permainan musik, menyenangkan sekali melihat pemain memainkan berbagai alat musik, mungkin suaranya yang dihasilkan tidak terlalu memikat namun buat gue seni bermain alat musik itu menjadi daya tarik tersendiri. Sampai sekarangpun gue belum bisa bermain satupun alat musik, benar-benar hanya menjadi seorang penikmat permainan. Seperti apapun permainan tanjidor, baik atau buruk, menarik atau tidak, tetap saja merupakan sebuah kekayaan budaya yang memperkaya khasanah musik.

Tentang lenong betawi, ketika kecil dulu gue bisa tertawa lepas melihat aksi pemain lenong --mungkin karena masih kecil yak--, humor yang ditawarkan masih santun, terkadang ada juga nilai yang disampaikan, waktu itu sih yang gue ingat, nilai yang disampaikan dari acara tersebut, jika setelah menikah kemudian pasangan tersebut mempunyai anak, maka, it doesn't really matter whether your child is a girl or a boy, sesuai dengan himbauan pemerintah saat itu untuk menekan angka kelahiran. "Cukup dua anak, laki dan perempuan sama saja". Walau sekarang ada juga acara sejenis yang disebut lenong dan disiarkan melalui televisi, tapi rasanya kok beda, baik dari segi penyampaian maupun isi, kecenderungannya berisi celaan, canda yang tidak santun, gue menilainya sebagai miskin kreativitas, sensenya juga beda.

Mengenai layar tancap, well, hiburan yang satu ini kalo gue nilai sebagai acara pamungkas dari rangkaian suguhan hiburan. Untuk pemutaran film, biasanya waktu awal filmnya biasa-biasa aja, lalu beranjak ke tengah malam dan menjelang subuh baru deh film andalan dimainkan, sebenarnya gue kurang tahu mana film biasa dan andalan, definisi semua itu didasarkan paada desas-desus yang beredar sesama penonton :D, ada unsur psikologisnya juga.

Salah satu momen yang sangat berkesan adalah ketika menikmatinya, penikmat tentu saja tetangga dan warga sekitar, baik dari RT yang sama ataupun RT tetangga, terkadang entah orang darimana tahu-tahu ada di tempat itu :D. Cemilan yang ada juga merakyat, jagung dan kacang rebus, kue cucur, gemblong, bajigur, pisang dan ubi rebus. Biasanya gue menikmati setiap rangkaian hiburan bersama teman-teman dengan beralaskan koran, kongkow-kongkow, ketawa-ketiwi sambil makan cemilan :D, saat ini, pengalaman tersebut menurut gue sangat berkesan dan bernilai. Jauh lebih bernilai ketimbang menikmati film yang dimainkan di bioskop yang berada dalam mall dengan kursi empuk dan hawa dingin.

Saat ini gue merasa kesulitan untuk menemukan acara sejenis yang gue nikmati ketika masa kecil, mungkin di daerah lain masih ada. Sedangkan hiburan yang disuguhkan, sering sekali, kalo kebetulan ada acara pernikahan, lalu gue melewati tempatnya selepas beraktivitas di siang hari, biasanya acara yang disuguhkan adalah dangdut dengan penampilan sang biduan yang sedikit (?), cukup (?), sangat(?) seronok. Tak ketinggalan anak-anak kecil, ibu-ibu, bapak-bapak, muda-mudi tumpah ruah di sekitar panggung untuk menikmatinya, jika waktunya tiba, orang dewasa beraksi dengan berjoget. Botol-botol minumanpun berada di sekitar orang yang berkelompok.

Hmmm.. romantisme budaya.