Monday, March 12, 2007

Katanya Sih...

Orang yang sukses dalam profesinya adalah orang yang tidak bisa membedakan, mana pekerjaan dan kesenangan

Saturday, March 10, 2007

Kemampuan linguistik

Sejauh yang gue ketahui, kemampuan linguistik meliputi kemampuan berbicara, mendengar, membaca dan menulis.

Kemampuan berbicara adalah kemampuan kita untuk berkomunikasi dengan orang lain, baik ketika ngobrol, presentasi, menyampaikan pendapat, eyel-eyelan (baca : berdebat) ataupun kegiatan lainnya. Kemampuan berbicara identik dengan penggunaan bahasa dan lisan yang tepat, sehingga pendengar dapat mengerti apa yang kita sampaikan. Selain itu, sikap dan pengetahuan menentukan waktu yang tepat untuk berbicara mendukung keberhasilan kita dalam berbicara.

Kemampuan mendengar tentunya lawan dari kemampuan berbicara, di sini si pendengar diposisikan sebagai pihak yang berusaha mengerti terhadap apa yang disampaikan oleh lawan dengarnya --dalam hal ini si pembicara. Untuk mengerti apa yang disampaikan oleh si pembicara tidak terlepas dari kemampuan untuk memberi perhatian terhadap hal yang disampaikan oleh si pembicara. Lagi-lagi masalah sikap.

Tentunya akan takberujungpangkal jika kedua pihak sama-sama berbicara tanpa mendengar, dan betapa anehnya jika kedua pihak berusaha untuk saling mendengar tapi tidak ada satupun yang berbicara --bayangkanlah dua orang saling bertatapan serius dan berusaha saling mendengarkan sementara tidak satupun berbicara. Mungkin perlu juga ya bahasa ekspresi wajah dan tatapan mata yang baku. Jadi jika satu kedipan mata berarti huruf A, kedua mata berkedip berarti B, bibir senyum berarti S, lidah melet artinya M dan seterusnya, intinya bagaimana bisa memetakan alphabet dengan ekspresi wajah :D.

Lalu kemampuan membaca, kemampuan untuk mengerti dan memahami bacaan, membaca itu penting, karena salah satu cara untuk mendapatkan ilmu pengetahuan adalah dengan membaca, artinya, banyak baca jadi banyak tahu. Terlepas dari bahan apa yang dibaca, ada istilah "you're what you read", jadi secara tidak langsung untuk menilai pribadi seseorang kita dapat melihat apa yang dibacanya, lebih dari itu, mungkin membaca adalah sebuah cara yang tepat untuk melarikan diri yak, baik dari tempat, waktu, sampai kenyataan :D.

Menulis, aktivitas yang sedang gue lakukan saat ini, sampai sejauh ini kira-kira pembaca mengerti apa yang gue tulis apa nggak yak ? :D. Menulis adalah salah satu kegiatan positif, menulis merupakan cara untuk mengkomunikasikan apa yang ada di dalam pikiran kita ke dalam rangkaian aksara agar dimengerti orang lain, baik berupa ilmu pengetahuan, opini, ide, pengalaman, ocehan tak bermutu, sampai keluh kesah :D. Entah apapun tulisan yang dibuat, menurut gue akan sangat bernilai, jika si penulis melakukannya dengan segenap jiwa, jika bukan untuk orang lain ya berarti untuk kepuasan diri pribadi :D

Jujur saja, gue merasa kemampuan linguistik yang gue miliki masih kurang, baik dalam berbicara, mendengar, menulis bahkan membaca, masih perlu banyak belajar dan belajar :D. Gue ngga akan lupa dengan pepatah ini, "Banyak belajar banyak lupa, sedikit belajar sedikit lupa, tidak belajar tidak lupa --karena nggak ada yang diingat :D"

Dari ocehan hasil kesotoyan gue, adalah betapa pentingnya kemampuan linguistik. Bagaimana kita bisa berkomunikasi jika minim kemampuan linguistik, tentunya satu kemampuan linguistik akan bersinergi dengan kemampuan lainnya, dilihat dari kemampuan berbicara, bagaimana mungkin bisa jadi pembicara yang baik jika tidak bisa menjadi pendengar yang baik, lalu, bagaimana bisa menyampaikan buah pikiran dengan berbicara jika kosa kata dan pengetahuan yang dimiliki --salah satunya berasal dari bahan bacaan-- kurang, dan menurut gue, salah satu indikasi jelas tidaknya hal yang disampaikan oleh seorang pembicara bisa dinilai dari kemampuannya untuk menuangkan buah pikirannya dalam bentuk tulisan. Dan hal penting lainnya –menurut gue lagi— adalah pengaruh perbuatan kita terhadap keberadaan individu di sekitar kita, utamanya dalam kegiatan aktif seperti berbicara dan menulis, tidak semua kebebasan yang dimiliki oleh diri kita serta merta dapat melenggang seenaknya, batas-batas, penghargaan dan tanggung jawab sudah seharusnya menyertainya.

Thursday, March 01, 2007

Catatan Terselip

Tempat ini cukup menarik, sangat ramai pengunjung, transaksi penjual dan pembeli, timbangan, truk-truk yang mengantar sayur mayur-buah-rempah-rempah, kuli-kuli angkut, bocah-bocah dekil, di satu sisi bau menyengat karena tumpukan sampah basah yang menggunung, di sisi lain tercium bau menusuk karena rempah-rempah. Terlihat cukup banyak anak-anak yang bekerja di beberapa blok penjual rempah-rempah, mengelompokkan, membersihkan lalu membungkusnya, begitu pula untuk orang-orang dewasa; ada yang berjaga di depan barang dagangannya, memindahkan barang dari truk, meletakkannya secara berkelompok sembari berharap ada orang yang membelinya. Tidak ketinggalan juga kuli-kuli angkut pasar, bukan hanya yang masih muda serta memiliki tubuh dan tenaga yang kuat, tapi yang rentapun terkadang masih bisa dijumpai, mengangkut beban yang berkisar 1-2 kali berat tubuhnya.

Sesekali terlihat sekumpulan anak yang wira-wiri membawa “barang temuan”, sepotong-dua potong ketela pohon/rambat yang terserak di sekitar truk turun muatan setidaknya berkah untuk mereka, lagipula si empunya tidak terlalu ambil pusing atau sampai enggan berbagi.

Gambaran lain dari salah satu sisi kehidupan yang menghiasai kota Jakarta, sederhana sekali tempat ini, bukan sekedar ungkapan "no pain no gain" yang kadang hanya sekedar tertulis ataupun terdengar, terkadang terpikir, bahkan untuk anak-anak kecil --seusia TK & sekolah dasar-- yang bekerja di tempat ini kata-kata itu sudah benar-benar terpatri dan mendarah-daging.

Catatan terselip : "Pasar Induk Kramat Jati" 11 Juni 2006