Friday, December 21, 2007

Bunga


Suatu saat rumput kecil berkata kepada teman-temannya "teman-temanku, alangkah indah menjadi tumbuhan berbunga, jauh lebih tinggi dibandingkan kita, paling mudah mendapatkan hangat sinar matahari dan embun di pagi hari, kumbang-kumbang pun tidak akan melewatkan keindahan mahkota nan indah berwarna cerah. Coba lihat diri kita ini, benar-benar terdesak, hidup berhimpit di antara kebesaran tumbuhan lainnya, tak jarang kehidupan dicabut karena dianggap tanaman pengganggu, air yang kita dapatkan hanya tetesan dari tumbuhan lainnya, sinar matahari hanya redupannya saja. Ingin sekali aku menjadi pohon bunga itu."

"Ya Tuhanku, penguasa alam semesta, tunjukkanlah kuasamu atas diriku, ubahlah diriku menjadi tanaman bunga yang paling tinggi di antara tumbuhan semak lainnya, berikanlah aku perhiasan yang paling indah di antara sesamaku, luluskanlah permintaanku dan aku akan sangat berterimakasih". Dari sebuah malam yang panjang, rumput kecil terbangun dari tidur lelapnya sepanjang malam. Ketika matanya terbuka, alangkah terkejutnya dirinya mendapati
pemandangan di sekelilingnya, biru langit dan hangat sinar matahari menerpa tubuhnya, hamparan keindahan terlihat luas tak berbatas dihembus angin sejuk pagi hari. Terang benderang warna mahkota bunga yang tersemat pada dirinya mengundang kumbang yang datang untuk mengambil nektar lembut yang tersimpan. "Ah, aku adalah sebuah pohon berbunga!!, terima kasih Tuhanku, lihatlah diriku teman-teman kecilku, kalian harus berada di tempat ini satu saat. Seluruh keindahan terlihat di sini. Dunia kalian bukan duniaku. Saat ini aku si Tumbuhan berbunga, sedangkan kalian hanyalah rumput kecil".

Waktu berlalu, si tumbuhan berbunga benar-benar menikmati keberadaan dirinya, hingga pada satu saat, hujan yang disertai angin kencang memusnahkan semua yang dilaluinya, tidak terkecuali si tanaman berbunga. Setelah badai tersebut reda, tubuh si tanaman berbunga luluh-lantak karena terpaan badai tersebut, di ujung sisa hayatnya banyak teman-teman yang bersedih atas kepergian dirinya, mereka menyesalkan keberadaan si tumbuhan berbunga, andai saja ia tetap menjadi si rumput kecil bisa dipastikan keadaannya tidak seperti saat ini. Pada kenyataannya rumput-rumput kecil bisa bertahan lebih baik dibandingkan tumbuhan yang lebih tinggi, akar mereka yang kuat serta daunnya yang kecil menyelamatkannya.

Si tanaman berbunga yang sudah berada di ambang kematian tersenyum, ia sama sekali tidak menyesal menjadi tumbuhan berbunga walaupun pada akhirnya hanya kebinasaan yang didapatnya. Menjadi tumbuhan berbunga memberikan sebuah pengalaman kehidupan yang sangat luar biasa, tidak mungkin didapatkannya jika hanya menjadi rumput kecil yang terhimpit di dasar belukar. "Aku sama sekali tidak menyesal, aku benar-benar berbahagia pada akhir hayatku saat ini, terima kasih atas kemurahan Tuhan penguasa alam semesta, satu saat kalian harus berada di atas sana kawan-kawanku". Si tumbuhan berbunga mati sambil tersenyum.

--

Entah dimana cerita ini pernah gue baca, kurang lebih intinya seperti di atas, yang jelas ceritanya lebih menarik daripada tulisan yang gue buat sekena'nya :P. Ceritanya bagus & memberikan inspirasi.

Wednesday, December 12, 2007

2 Menit

Benar-benar panas dan sesak, lampu lalu-lintas baru saja merah, kepul asap kendaraan yang berhenti seperti kabut. Serempak 2 orang anak turun dari pijakan pintu Bus bagian depan, lalu menuju ke pintu bagian belakang, sedangkan 2 anak yang lain tetap berdiri di pintu bagian belakang. 2 menit. Waktu yang cukup untuk lempar canda-tawa ataupun obrolan, kadang terdengar celetukan dengan kata kasar. Asik dengan aktivitasnya dan acuh dengan keadaan sekitar, entah roda truk besar, mobil mewah, tukang buah, penumpang lain, pengemis, benar-benar dunia yang tidak bisa dibohongi. Celingak-celinguk, siapa kiranya yang merubah keadaan sekitar, tiang listrik dan telepon jadi barisan tanaman buah, rumah kabel jadi pohon bunga, asap kendaraan jadi udara segar, kendaraan bermotor jadi binatang yang merumput. Ah itu dia. Apa kamu lihat-lihat ?!, makanya punya sayap!!

Di sebuah tempat makanan cepat saji, produk budaya yang disebut moderen, seorang anak perempuan asik menikmati ayam goreng, segumpal nasi putih dan sekotak kentang goreng. Tak lupa coke. Di hadapannya dua manusia sedang berbicara serius, kadang terdengar suara bentakan dan perdebatan keras antar keduanya. Hup!! tulilah sementara kamu nak, nikmati saja semua makanan itu, walaupun katanya miskin nilai gizi, tapi jauh lebih baik dibandingkan mendengarkan pembicaraan dua manusia di depanmu.

Thursday, December 06, 2007

Konteks Kehidupan

Konteks kehidupan adalah cara pandang seorang manusia terhadap masyarakat dan lingkungan dimana dia berada, cara pandang ini dipengaruhi oleh pengalaman manusia tersebut. Secara berkelanjutan konteks kehidupan akan membentuk sebuah nilai dasar kehidupan seseorang, dengan adanya nilai dasar, seorang manusia memiliki kemampuan menghidupkan kehidupannya.

~sok tahu~

Tuesday, December 04, 2007

The Weather Man

Kurang lebih 4 bulan lalu gue menonton film weather man yang diproduksi pada tahun 2005. Film ini menceritakan kehidupan seorang pembawa acara prakiraan cuaca, film drama yang penuh dengan variasi konflik, secara umum hanya kehidupan pribadi dan keluarga. Mulai dari bayang-bayang kesuksesan ayahnya, hidup dalam kepalsuan sebagai pembawa acara TV --bahwa terkadang senyum manis dan keramahan yang muncul di layar TV hanya sebuah topeng-- dan permasalahan dengan istri dan kedua anaknya.

Di akhir cerita dikisahkan bahwa tokoh utama lebih memilih berfokus untuk meraih sukses pada pekerjaannya alih-alih mempertahankan kehidupan keluarganya yang terlanjur hancur, walaupun ia telah berusaha semaksimal mungkin untuk mempertahankannya.

Gue bisa melihat sebuah ironi kehidupan manusia di dalam film ini. Untuk mendapatkan suatu hal yang berharga akhirnya mengorbankan hal berharga lainnya. Materialistik. Tidak bisa pada satu waktu bersamaan mendapatkan seluruh hal yang dinilai berharga.