Monday, June 20, 2011

Lari

Kira-kira 8 bulan terakhir, ketika gue mengetahui bahwa ada seorang teman di tempat bekerja yang mempunyai hobi lari, akhirnya sedikit terpengaruh untuk mencoba olahraga ini, beda sekali levelnya dengan gue, yang masih pemula. Teman yang satu ini kurang lebih sudah 2 tahun berlari, dengan jadwal lari intensif. Asupan gizi serta berbagai tips kesehatan dijalaninya dengan disiplin. Hasilnya, tubuh yang dulu berlebihan lemak, saat ini terlihat lebih ramping dan tentunya terlihat secara kasat lebih sehat. Selain itu, dia juga sering mengikuti acara-acara lari yang diselenggarakan oleh komunitas ataupun event-event tertentu. Yang menarik, terakhir dia mengikuti ultra-marathon dan bisa menyelesaikannya. Benar-benar salut gue.

Gue pikir olahraga ini benar-benar olahraga yang sederhana, mudah dilakukan dan punya dampak yang cukup signifikan. Di awal berlari dulu, mungkin baru sekitar 1 - 1.5 kilometer, tubuh gue sudah terasa lelah, sekarang alhamdulillah 4-5 kilometer lari ringan tanpa henti dengan waktu tempuh 30 - 40 menit sudah bisa dicapai. Manfaat yang bisa gue rasakan antara lain : tubuh rasanya lebih fit, kalo tubuh kena flu, waktu penyembuhannya relatif lebih singkat sekitar 2-4 hari, tentunya dengan tambahan waktu beristirahat. Selain itu, semangat juga bisa lebih terjaga. Secara keseluruhan, dampak olahraga ini terasa positif.

Tapi ada yang membedakan lari saat ini dengan lari ketika gue kecil dulu. Yaitu kualitas kebahagiaan ketika berlari. Ini yang gue rasakan, ketika kecil dulu ketika balapan lari, bermain benteng, mengejar layangan putus, atau sekedar berlari cepat, ada perasaan berdebar yang sangat membahagiakan, nafas & degup jantung terasa cepat. Ingin menjadi nomor satu, ingin mendapatkan layangan, ingin menang dalam bermain. Pada saat-saat tertentu segala sesuatunya jadi terlupakan, semisal ketika menerjang belukar berduri, ketika kaki terkena pecahan kaca kecil ataupun luka karena benda-benda lainnya. Yang ada di pikiran saat itu adalah mencapai tujuan. Rasa sakit ataupun nyeri biasanya tidak terasa. Baru setelahnya, ketika moment tersebut sudah selesai, penderitaan dimulai. Dan biasanya hal ini tidak berlangsung lama, ketika sudah merasa sedikit baikan, di hari-hari berikutnya hal tersebut berulang lagi.

Saat ini, jika sedang berlari, yang gue pikirkan adalah bagaimana menjaga konsistensi kecepatan supaya tenaga cukup sampai tujuan. Mungkin satu-satunya hal yang bisa memberikan sensasi berbeda dalam berlari adalah musik yang gue dengarkan ketika berlari. Entah reggae, pop, rock ataupun klasik. Semuanya memberikan sensasi tersendiri.

Yang tidak menyenangkan, gue makin merasa bahwa kualitas udara di sekitar kampung tempat tinggal gue semakin buruk. Kalau berlari pukul 5.30 am saja bisa dipastikan sudah banyak asap kendaraan bermotor, karena jalan kecil yang berada di kampung ini digunakan sebagai jalan alternatif bagi pengendara kendaraan bermotor yang menuju tempat kerjanya di Jakarta. Dan yang pasti jumlahnya semakin hari semakin bertambah banyak. Jadi jika ingin mendapatkan waktu 30 menit dengan kualitas udara yang sedikit lebih baik, setidaknya harus mulai lari jam 05.00 am.

Terlepas dari hal yang tidak menyenangkan tersebut, kembali kepada gue sendiri untuk berdisiplin dan mengatur waktu dengan sebaik-baiknya, alih-alih menyalahkan keadaan. Oh ya, gue sertakan lagu yang beberapa waktu belakangan ini sering gue dengarkan ketika berlari. Apalagi kalau larinya di antara rimbunan pohon, pemandangan hijau dan udara segar (seperti di UI Depok), sensasi yang tercipta adalah "berlari dalam kemegahan" *halah*.