Di tempat ini beberapa samurai telah berkumpul dan memperkenalkan dirinya masing-masing, mulai dari latar belakang, asal-usul, garis keturunan dan pertalian darah, pengalaman bertempur hingga pada siapa mereka mengabdi. Sebagai samurai, tugas merupakan sebuah amanat yang harus dilaksanakan dengan segenap jiwa dan raga, apalagi jika tugas tersebut berakar pada kemuliaan untuk membangun masyarakat yang tinggal jauh dari pusat-pusat kebudayaan. Ya disinilah kami saat ini, beberapa perlengkapan tempur seperti tombak, pedang dan panah telah kami pelajari, begitu juga keahlian berkuda, menyusup ke daerah pertahanan lawan, penyamaran, mencari informasi serta mengelabui lawan sedikit demi sedikit sudah kami kuasai. Yang tinggal adalah terus mengasah kemampuan tersebut secara berlanjut dan menerapkannya untuk kemajuan penduduk di seluruh pelosok negeri ini.
Walaupun hari-hari kami isi dengan latihan dan menunggu hari pertempuran --diperkirakan akan berlangsung selama 30 hari penuh, secara umum keadaan masih tenang, kami masih bisa memanfaatkan waktu untuk bersantai, mengadakan upacara minum teh, melukis, mempertajam aksara dengan sastra, menikmati kue-kue kecil khas daerah setempat serta berkeliling desa untuk mengenal daerah.
Mudah-mudahan tugas ini dapat kami laksanakan dengan baik, harga yang harus dibayar untuk kegagalan adalah mengasingkan diri atau melakukan seppuke.
catatan : cerita di atas benar-benar ra genah (gak jelas), hanya fiksi, hiperbolis dan miskin makna luar biasa.
No comments:
Post a Comment