Tempat ini cukup menarik, sangat ramai pengunjung, transaksi penjual dan pembeli, timbangan, truk-truk yang mengantar sayur mayur-buah-rempah-rempah, kuli-kuli angkut, bocah-bocah dekil, di satu sisi bau menyengat karena tumpukan sampah basah yang menggunung, di sisi lain tercium bau menusuk karena rempah-rempah. Terlihat cukup banyak anak-anak yang bekerja di beberapa blok penjual rempah-rempah, mengelompokkan, membersihkan lalu membungkusnya, begitu pula untuk orang-orang dewasa; ada yang berjaga di depan barang dagangannya, memindahkan barang dari truk, meletakkannya secara berkelompok sembari berharap ada orang yang membelinya. Tidak ketinggalan juga kuli-kuli angkut pasar, bukan hanya yang masih muda serta memiliki tubuh dan tenaga yang kuat, tapi yang rentapun terkadang masih bisa dijumpai, mengangkut beban yang berkisar 1-2 kali berat tubuhnya.
Sesekali terlihat sekumpulan anak yang wira-wiri membawa “barang temuan”, sepotong-dua potong ketela pohon/rambat yang terserak di sekitar truk turun muatan setidaknya berkah untuk mereka, lagipula si empunya tidak terlalu ambil pusing atau sampai enggan berbagi.
Gambaran lain dari salah satu sisi kehidupan yang menghiasai kota Jakarta, sederhana sekali tempat ini, bukan sekedar ungkapan "no pain no gain" yang kadang hanya sekedar tertulis ataupun terdengar, terkadang terpikir, bahkan untuk anak-anak kecil --seusia TK & sekolah dasar-- yang bekerja di tempat ini kata-kata itu sudah benar-benar terpatri dan mendarah-daging.
Catatan terselip : "Pasar Induk Kramat Jati" 11 Juni 2006
No comments:
Post a Comment