Thursday, May 17, 2012

Goblok Kolektif

Ah, sudah lama sekali tidak menulis di blog ini. Kurang lebih 8 bulan lalu tulisan terakhir dibuat. Pada tulisan kali ini gue akan berkeluh kesah mengenai ketidakpedulian orang-orang yang tinggal dijakarta, utamanya pengedara kendaraan bermotor roda dua dan angkutan umum. Memang luar biasa sekali kehidupan di Jakarta ini, setiap orang diburu waktu, sampai-sampai tidak peduli dengan orang lain. 

Mungkin bukan cuma gue yang kesal melihat pengguna kendaraan roda dua yang seenak jidatnya bawa kendaraan, berjalan di  trotoar untuk pejalan kaki, melintasi lampu merah, melawan arus lalu lintas dan sebagainya. Yang mengherankan lagi hal ini biasanya tidak dilakulan 1 atau 2 pengendara, bahkan sekelompok pengendara melakukan hal ini secara bersamaan, gue menyebutnya goblok kolektif. Pernah suatu saat di sebuah persimpangan, ketika lampu hijau masih menyala dan gue berusaha melintas, karena kebetulan posisi kendaraan gue berada cukup jauh di belakang dan dalam keadaan menyusul, sedangkan arus utama sudah melintas terlebih dahulu maka gue melintasi persimpangan itu sendirian. Akhirnya karena merasa jalanan cukup lengang, pengedara motor yang berasal dari arah yang berbeda berusaha untuk melintasi lampu merah yang menyala tersebut. Kontan saja gue menyalakan klakson berkali-kali untuk memperingatkan mereka bahwa ada kendaraan yang masih melintas, dan anehnya ketika gue berpapasan dengan mereka di persimpangan lampu merah tersebut. Justru yang teriak dan memaki dengan kata-kata kasar adalah pengendara-pengendara tersebut. Cuma bisa menghela nafas, sambil ngedumel "goblok kolektif". 

Lain lagi dengan angkutan umum, dari minibus sampai bus sedang, mereka berhenti, benar-benar seenaknya saja. Kalaupun berjalan, dengan arogannya melintas dan membahayakan pengendara kendaraan lainnya. Benar-benar kampret. Jika melihat dari kondisi kendaraan, banyak sekali yang mengeluarkan asap pekat --pertanda mesinnya tidak layak--, akhirnya cuma menghasilkan polusi udara.

Gue kadang bertanya-tanya, apa yang bisa membuat manusia --yang katanya-- berada dalam hirarki tertinggi makhluk hidup di dunia ini bisa berprilaku dan bertindak seperti itu. Idealnya --menurut pengetahuan gue-- seharusnya manusia bisa lebih bijaksana dalam bertindak, bahwa manusia adalah makhluk yang dibekali oleh akal dan jiwa, yang membedakan dirinya dengan binatang. Mungkin juga gue tidak luput dari kerendahan-kerendahan semacam itu.

No comments: